Jumat, 28/05/2010 20:44:58 WIB
Peringkat daya saing RI naik dari 42 jadi 35
Oleh: Dewi Astuti
JAKARTA (Bisnis.com): Peringkat daya saing Indonesia pada tahun ini meningkat dari posisi 42 pada tahun lalu menjadi 35 dari 58 negara dalam IMD World Competitiveness Yearbook 2010.
Dalam webcast di situs resmi IMD yang dikutip Bisnis.com, Direktur IMD World Competitiveness Center Stephane Garelli menyebutkan China bersama India, Indonesia dan Polandia tidak mengalami resesi. Justru Brasil dan Russia terpengaruh penurunan harga-harga komoditas.
Berdasarkan hasil penilaian, China memegang peringkat 18.
“China akan memimpin Brasil, India dan Russia,” katanya. Adapun, India ke-31, Brasil 38 dan Russia 51.
Dengan pemulihan ekonomi, masa depan kelompok negara tersebut diyakini akan lebih baik karena dibantu oleh permintaan domestik yang tinggi, proyek infrastruktur dan investasi yang menggeliat.
IMD merupakan lembaga pendidikan bisnis berskala global yang berbasis di Lausanne, Swiss.
Lembaga tersebut memeringkat potensi daya saing di 58 negara. Peringkat diberikan berdasarkan performa ekonomi, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.
Menurut Garelli, pemeringkatan 2010 sangat dipengaruhi oleh volatilitas dalam pertumbuhan ekonomi, nilai tukar terutama dolar AS terhadap euro, krisis keuangan, arus perdagangan dan investasi serta pengangguran.
Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, Singapura dan Hong Kong menyingkirkan Amerika Serikat dari posisi pertama menjadi ketiga. Singapura, yang sebelumnya di posisi ke-3, mengambil alih posisi AS pada peringkat pertama disusul Hong Kong pada peringkat kedua.
Singapura dan Hong Kong telah menunjukkan daya tahan tinggi terhadap krisis meski sempat mengalami volatilitas yang tinggi dalam kinerja ekonominya.
Saat ini mereka mengambil manfaat penuh dari ekspansi ekonomi yang tinggi di kawasan Asia. Pada kuartal I/2010, pertumbuhan ekonomi Singapura tercatat lebih dari 13%.
Pada urutan 10 besar, Australia menempati peringkat ke-5, Taiwan ke-8 dan Malaysia ke-10 atau melonjak dari sebelumnya di posisi 18.
Ketiga negara ini juga diuntungkan oleh permintaan yang kuat di Asia dan implementasi berbagai kebijakan yang efisien.
Swiss berada di posisi ke-4 atau sama dengan tahun lalu. Fundamental ekonominya dinilai kuat seperti tecermin dari defisit APBN yang sangat rendah, begitu juga dengan utang pemerintah, inflasi dan tingkat penganggurannya serta pasar ekspor yang terjaga.
Swedia dan Norwegia masing-masing masuk ke peringkat ke-6 dan 9. Perhatian khusus diberikan pada Kanada yang berada di posisi ke-7 atau naik dari posisi 8.
Kinerja daya saing negara ini yang baik berkat regulasi perbankan yang sehat dan sumber alam komoditas yang ekstensif.
Sementara itu, gejolak utang yang melanda Eropa bagian Selatan turut memengaruhi kinerja daya saing Spanyol dan Portugal yang masing-masing hanya masuk ke posisi 36 dan 37.
Adapun peringkat Yunani ada di 46 meski tanpa mempertimbangkan kebijakan penyelamatan krisis yang telah dilakukan.
“Sayangnya, ketiga negara itu kami perkirakan akan menderita resesi lebih dalam tahun ini karena defisit anggaran yang tinggi, lonjakan utang pemerintah dan performa perdagangan yang lemah.” (wiw)