tetaplah mencintaiku: ABADI + tak abadi = KOMPLET

Jumat, 20/03/2009 13:19 WIB bisnis.com

Rasa aman dari prinsip abadi

oleh : Ary Ginanjar Agustian

Krisis ekonomi menyebabkan peningkatan kecemasan warga Amerika Serikat. Ini antara lain tergambar dari kian banyaknya orang yang memanfaatkan layanan telepon konsultasi pencegahan bunuh diri The Samaritans of Merrimack Valley.

Selama Februari 2009 saja ada 11.000 penelepon yang menghubungi layanan konsultasi di untuk kawasan Boston hingga bagian barat Masschusetts tersebut. Naik dari 8.400 orang pada periode yang sama tahun lalu, sementara pada Januari jumlahnya bertambah 2.900 penelepon, naik 38% dari periode yang sama 2008. The Samaritans juga mencatat kenaikan tajam jumlah ‘pendatang baru’ kaum putus asa itu hingga 75%.

Faktor terbesar penyebabnya, menurut lembaga itu, adalah masalah ekonomi. “Kami mendengar peningkatan level kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan pekerjaan, takut kehilangan pekerjaan dan cemas tidak mampu menopang kebutuhan hidup keluarga,” kata Roberta Hurtig, Direktur Eksekutif The Samaritans.

Setiap tahun ada sekitar 32.000 orang Amerika Serikat yang bunuh diri. Tahun ini, angkanya diperkirakan meningkat signifikan terkait dengan gejolak krisis ekonomi, yang membuat tiada hari tanpa berita pemutusan hubungan kerja di negara adidaya itu. Pemerintah telah berusaha menambah poster di berbagai stasiun bus dan kereta api. Namun, orang yang bunuh diri di rel kereta api tetap meningkat.

Kecemasan yang membawa orang ke pilihan bunuh diri pada hakikatnya adalah bentuk ekstrem dari kekosongan jiwa. Pada kadar yang lebih ringan, efek kekosongan jiwa bisa berupa pelarian ke narkotika. Atau, pada kadar yang lebih ringan lagi, bentuknya bisa pula hanya berupa, misalnya, penurunan semangat kerja dalam suatu perusahaan atau organisasi.

Namun, kekosongan itu tidak melulu terpicu oleh kegagalan, semacam kehilangan pekerjaan. Tak sedikit tokoh terkenal di dunia yang memilih mengakhiri hidupnya di tengah gemerlap sukses karier dan kemilau harta. Dalam kasus seperti ini, sukses karier, seperti juga kegagalan, telah menciptakan jerat yang melilit orang ke dalam pusaran kehampaan dan ketidakbermaknaan.

Kedua kutub ekstrem kekosongan itu, baik kegagalan maupun kesuksesan, berkembang karena tiadanya pegangan atau prinsip pada sesuatu yang abadi. Sesuatu yang abadi itu jelas bukan hal yang bersifat fisik-material.

Dalam buku The Seven Habits of Highly Effective People (1990), Stephen R. Covey menggambarkan bahwa berprinsip pada sesuatu yang abadi dapat menghadirkan rasa aman. Prinsip yang benar itu tidak berubah dan tidak bereaksi terhadap apa pun. Ia bukan jabatan, harta, orang-orang kesayangan, penghargaan, dan sejenisnya, karena hal-hal yang demikian itu selalu dan bisa berubah-ubah atau bahkan hilang seketika.

Fenomena muram kaum putus asa yang digambarkan pada bagian awal tulisan ini adalah contoh betapa rapuhnya pegangan yang bersifat fisik-material. Orang-orang tak sanggup membayangkan keperkasaan mesin kapitalisme yang bertumpu pada prinsip materalisme bisa runtuh dengan hukum-hukum yang sangat sederhana.

Seakan-akan harta yang mereka tumpuk atau jabatan yang mereka raih adalah jaminan kekal. Ketika pegangan itu benar-benar lenyap, mereka terjerumus ke dalam lubang kehampaan tak bertepi.

Bila Anda pemimpin perusahaan atau organisasi dan Anda ingin perusahaan atau organisasi itu langgeng, hal pertama yang harus Anda pastikan adalah orang-orang yang Anda pimpin berprinsip pada sesuatu yang abadi. Inilah yang akan menjadi sumber motivasi sejati dan tak pernah padam.

Leave a comment